Ilustrasi tahanan pekerja migran Indonesia di rumah tahanan imigrasi di Malaysia/CNN/AM |
Malaysia, LEKONTT. Sebuah
video di media sosial yang berisi
permohonan seorang tahanan Depo Tahanan Imigrasi (DTI) di Papar, Sabah,
Malaysia menjadi viral pada minggu
kedua bulan Desember. Pekerja
Migran tersebut tidak sanggup berada di dalam
tahanan—karena itu ia meminta agar segera dibebaskan.
Tahanan tersebut menceritakan, ia sudah tidak sanggup berada di dalam Depo Tahanan Imigrasi karena makanan dan minuman yang tidak tercukupi dan kondisi buruk di dalamnya. Banyak tahanan menderita penyakit gatal-gatal. Masalah bertambah karena petugas Depo tidak melayani ketika tahanan meminta obat. Petugas hanya melayani tahanan yang kondisi kesehatannya sudah sangat parah.
Video
tersebut juga memperlihatkan kondisi di dalam sel tahanan. Para tahanan tidur
berhimpitan dan sesak (overcrowded) dengan badan kurus kering, serta terdapat
bekas koreng pada beberapa bagian tubuh.
Kondisi yang sedemikian buruk harus dialami
oleh para tahanan dalam waktu penahanan yang tidak menentu dan jadwal deportasi yang tidak
jelas. Seorang tahanan di dalam video tersebut mengatakan bahwa ia sudah
ditahan selama satu tahun. Bahkan beberapa tahanan
sudah ditahan selama dua hingga tiga tahun. Masih di dalam video yang sama,
tahanan memohon kepada Datuk Hajiji sebagai Kepala Pemerintahan Sabah dan
Kepala Depo Imigrasi untuk segera membebaskan para tahanan.
Hanya beberapa jam saja video tersebut membuat ribuan masyarakat ikut
membagikannya. Publik berkomentar simpati terhadap kondisi para tahanan tersebut. Viralnya
video tersebut membuat Menteri Dalam Negeri Malaysia Saifuddin Nasution Ismail
dan juga Datuk SH Sitti Saleha binti Habib Yusoff sebagai Pengarah Imigresen
Negeri Sabah, Malaysia, mengeluarkan pernyataan media yang menyatakan bahwa:
Pertama, kondisi para tahanan sudah lebih dulu tidak sehat
dan mengalami penyakit sebelum masuk ke depo tahanan imigrasi.
Kedua, pihak Jawatan Imigresen mengklaim telah memberikan
makanan sesuai standar dan perlakuan yang layak bagi para tahanan.
Menanggapi pernyataan tersebut Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan bantuan obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya sejak tahun 2020 hingga saat ini.
Selain itu, Koalisi
Buruh Migran Berdaulat juga melakukan monitoring terhadap
situasi dan kondisi tahanan Detensi Imigrasi di Sabah sejak 2020 hingga saat ini dengan cara
melakukan wawancara mendalam dengan deportan yang dideportasi ke Indonesia
melalui Nunukan, Kalimantan Utara.
Temuan koalisi Buruh
Migran Berdaulat pada Desember 2019-September 2020 menyibak fakta yang mengejutkan. Dalam Laporan Pertama: “Kondisi migran
Indonesia yang dideportasi selama masa Covid-19 dari Sabah, Malaysia ke
Indonesia (Desember 2019-September 2020)” ditemukan bahwa para tahanan di Pusat Tahanan Sementara (PTS) mendapatkan perlakuan dan
penghukuman yang tidak manusiawi, merendahkan secara rutin, sistematis dan massal. Mereka yang ditahan mengalami
pemerasan, perampasan atas benda milik pribadi, dan eksploitasi terhadap
deportan anak.
Tidak cukup sampai di situ, kondisi dan fasilitas Pusat Tahanan Sementara yang tidak layak mengakibatkan mayoritas buruh migran yang ditahan menderita berbagai penyakit, tekanan mental, bahkan meninggal dunia. Menurut investigasi, fasilitas di sana tidak memperhatikan kebutuhan khusus dari kelompok rentan, termasuk perempuan, perempuan hamil, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Penahanan yang berlarut-larut terhadap para
buruh migran merupakan akibat dari prosedur administrasi deportasi yang
kompleks dan tidak efisien. Dalam Laporan Kedua: “Didera Razia dan Pandemi: Kondisi Buruh Migran Perkebunan
Sawit di Sabah (2021)” menguraikan
bahwasanya sejak Januari sampai November 2020, pemerintah
Sabah telah menangkap setidaknya 12,800 migran tidak berdokumen.
Angka ini lebih sedikit dari jumlah tahanan imigrasi yang berhasil dideportasi sepanjang tahun 2020, sejumlah 7,673. Tingginya jumlah penangkapan dibanding jumlah deportasi menjadi salah satu penyebab berbagai pusat tahanan menjadi semakin penuh sesak.***(AM/LekoNTT)
0 Response to "Nasib Tragis Buruh Migran di Rumah Tahanan Imigrasi Malaysia (Bagian Pertama)"
Posting Komentar