Tugu Biinmaffo di KM 9 Kefamnanu. (Foto: Majalah Fortuna)
Kota kecil berjuluk Kota Sari (sehat, aman, rindang, indah) ikut melahirkan seniman-seniwati, tak terhitung jumlahnya. Berbeda dengan cabang seni lainnya, musik adalah adalah salah satu bidang kesenian yang melahirkan banyak seniman-seniwati.
Mereka lahir dengan bakat musik hingga suara indah. Mereka lahir dari rahim – bumi Biinmaffo (tiga swapraja: Biboki, Insana, Miomaffo) yang ada di Timor Tengah Utara (TTU).
Di tenda-tenda pesta, mulai dari yang sederhana hingga mewah sekalipun, musik dan lagu diperdengarkan. Sontak kaki dihentak, pinggang digoyang, kepala diangguk, senyum diumbar, sesekali tawa kecil dan dengung bahkan teriak-teriakan bergema ketika musik dan/atau lagu diputar.
Namun, dari sekian banyak lagu, ada salah satu yang paling membekas. Kuan Kefa, demikian judul lagu dimaksud.
Kuan Kefa sendiri merujuk pada ibu kota Kabupaten TTU yaitu Kefamnanu (saya: HET* lebih nyaman menulis Kefamnanu dibanding Kefamenanu).
Kuan Kefa, sebuah lagu Pop Daerah Timor (Pop Dawan), ciptaan almarhum Vinsen Kolo. Lagu ini dipopulerkan oleh dua penyanyi asal Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Eddy D. Tahoni dan Yus Binsasi.
Pada awal tahun 2000-an, ketika lagu ini dirilis, saat itu juga lagu Pop Daerah Timor – Dawan tersebut diminati banyak masyarakat Atoin Meto (Orang Timor Dawan) di mana saja. Tak hanya itu, lagu ini bahkan diminati oleh masyarakat dari etnis lain di dalam dan luar NTT.
Tak jarang, lagu ini yang diproduseri Aries Tanjung ini pun kemudian menjadi seperti ‘lagu wajib’ dalam beberagai event kesenian dan kebudayaan di Timor, khususnya TTU bahwa diaspora bumi Biinmaffo di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, Kuan Kefa juga sering dijadikan lagu pilihan ataupun lagu wajib dalam berbagai lomba baik di lingkup sekolah, masyarakat umum hingga instansi pemerintahan.
Lagu Kuan Kefa hadir dengan alunan musik khas Timor – Dawan. Ketika didengar, seseorang bisa saja ingin menari (biul/ bilut). Entah secara spontan ataupun dengan ragam tarian tertentu.
Alunan musik yang tenang, mendayu, sebagaimana musik khas Atoin Meto ketika menari, lagu ini pun bisa saja membuat kuduk – merinding. Apalagi pendengar (penikmat) adalah Atoin Meto itu sendiri.
Sebelum lanjut, yuk mari kita simak terjemahan lirik lagu Kuan Kefa yang sangat merakyat di Timor Barat. Jika sebelumnya, Anda sudah pernah membaca tafsir makna ataupun terjemahan lirik lagu Pop Daerah Timor ini, maka HET ingin menyajikannya lagi.
Bisa saja sama, bisa juga berbeda. Dalam menerjemahkan lirik lagu ini, HET tidak menyimak sebatas lagu itu sebagai sebuah teks. Lebih dari itu, adanya lagu Kuan Kefa adalah syair yang menyiratkan hidup dan kehidupan Atoin Meto TTU itu sendiri.
Lagu Kuan Kefa sendiri adalah ‘puisi’. Ya, ‘puisi’ yang adanya lahir dari syair-syair yang sangat melekat dengan kehidupan Atoin Meto. Ialah tentang kampung halaman, tentang rindu dan/atau tentang rindu akan Kuan Kefa (Kampung Kefa).
Wah, bukannya tampilkan terjemahan lirik, malah omong banyak eh. Tapi sabar dulu, jangan dilewatkan. Ini penting, biar tidak pening kepala saat membaca lebih lanjut.
Uab Meto (Bahasa Dawan) memang mudah diucapkan, tapi sulit dibaca dalam bahasa tulis. Bahkan oleh Atoin Meto itu sendiri, butuh ketelitian. Apalagi yang merasa awam, 100 kutu di kepala terasa kurang gatal.
Jangan lupa seruput kopi, terlebih bagi saudara-saudari yang mungkin hanyut dalam alunan suara, musik, dan syair dari lagu-lagu Justy Aldrin dan Toton Caribo saat tampil di Kota Kefamnanu.
Sudahi galaunya, renungkan apa yang layak diberi untuk 100 tahun Kota Sari itu. Mari kita lanjut.
Lagi-lagi, terjemahan lirik lagu Kuan Kefa versi HET, tidak sebatas lagu sebagai sebuah teks. Seperti puisi, adanya teks lagu sebagai satu-kesatuan (unity). Berikut, terjemahan lirik lagu Kuan Kefa dari Uab Meto ke Bahasa Indonesia.
Kuan Kefa (Kampung Kefa)
Demikian, terjemahan lirik lagu Kuan Kefa versi HET (mengingat, mungkin ada terjemahan lainnya). Lantas, bagaimana dengan makna dari lagu itu sendiri?
Pembaca yang tanggap tentu sudah menemukan makna yang terkandung di setiap syair dalam bait-bait lagu Kuan Kefa, apalagi setelah diberi terjemahan.
Dapat diketahui, bahwa lagu Kuan Kefa mengisahkan tentang seseorang yang rindu akan Kampung Kefamnanu. Telah disinggung di atas, Kefamnanu sendiri adalah Ibu kota Kabupaten TTU.
Pencipta dalam memilih kata ‘Kuan’ (kampung), ingin menambah beban rindu bagi pendengar. Orang asli TTU ketika berada di tempat rantau, entah bekerja menyambung hidup ataupun bersekolah, ditimpa dengan rindu bertalu-talu ketika mendengar lagu ini.
Rindu akan kampung, otomatis rindu juga seisi – penghuninya. Seperti ibu dan ayah, saudari-saudara hingga rumpun keluarga besar dan tempat-tempat sarat kenangan.
Demikian tanah kelahiran, selalu jadi rumah pulang paling nyaman. Kerukunan dan persaudaraan yang dibangun atas nama cinta, selalu jadi suara yang memanggil-manggil ketika Anda merasa sendiri di kos atau kontrakan atau rumahmu di kota besar.
Almarhum Vinsen Kolo, komponis yang telah berhasil membuat rindu amat menggelitik sukma – dalam dada; yang dielus ketika gelisah dan rindu membuatmu ingin pulang ke kampung yang jauh dari pandanganmu.
Lekaslah pulang usai cita dan mimpi terwujud. Kefamnanu dengan tiga patungnya selalu setia menantimu, pulang.***
*HET (Herman Efriyanto Tanouf). Minggu, 18 September 2022, setelah beberapa minggu di luar Timor, usai mendengar lagu 'Kuan Kefa'.
0 Response to "Makna dan Terjemahan Lirik Lagu ‘Kuan Kefa’ Ciptaan Vinsen Kolo"
Posting Komentar