Kupang, LekoNTT.com - Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN) NTT dan kampus Akademi Pekerjaan Sosial (APS) Kupang menggelar webinar nasional. Webinar ini, kerja sama Australia Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN) dan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia pada Selasa (4/8). Seminar nasional maya ini bertajuk “Peran Unit layanan disabilitas (ULD) dalam mempersiapkan generasi pekerja sosial yang inklusif di Akademi Pekerjaan Sosial Kupang”.
Stef Reinati selaku direktur APS Kupang sekaligus narasumber pertama dalam kegiatan ini menyampaikan, APS berkomitmen dan tengah mempersiapkan sebuah unit layanan disabilitas sebagai laboratorium kampus. Selain itu, pun sebagai langkah pemenuhan hak mahasiswa/i difabel di kampus tersebut.
"Hal tersebut didasari oleh pengalaman APS yang sudah memiliki 19 angkatan, telah berhasil mewisudakan 575 orang dan 28 diantaranya adalah penyandang disabilitas," kata Stef.
APS Kupang yang beralamat di Jln. Jambu No. 10 Oepura Kota Kupang ini kata Stef, memberi perhatian khusus kepada penyandang disabilitas. "Sejak tahun 2006, APS Kupang berkomitmen untuk menerima mahasiswa disabilitas, baik Disabilitas fisik, sensorik netra, tuli, kesulitan berbicara dan mendengar serta disabilitas intelektual".
Menariknya para alumni difabel ini menjadi agen-agen perubahan di NTT. Beberapa diantaranya, I Made Astika Dhana (Ketua organisasi disabilitas PERTUNI Kota Kupang), Elmi Sumarni Ismau (Wakil Direktur GARAMIN NTT), Yunita Baitanu (Sekretaris GARAMIN NTT, Febyanti Kale (anggota PERSANI NTT), dan ada yang menjadi guru. "Semua jadi bagian dalam pergerakan advokasi untuk NTT inklusi".
Voni Yandri Malelak, Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan APS membenarkan pernyataan tersebut. Voni pun menyampaikan tantangan yang dihadapi dalam kampus.
"Belum semua pengajar memiliki kepekaan dan memahami kebutuhan khusus penyandang disabilitas baik fisik, netra, tuli, hambatan mendengar dan berbicara, serta intelektual," kata Voni.
Ia pun menjelaskan, bahan ajar yang diberikan dosen-dosen belum aksesibel. Masih ada mahasiswa/i difabel yang belum percaya diri dan sulit berinteraksi bersama yang lain. Selain itu, belum semua mahasiswa sensitif dan ramah dengan mahasiswa/i difabel, fasilitas kampus yang masih terbatas dan belum sepenuhnya aksesibel.
Kurangnya pemahaman dan keterbukaan orang tua atau keluarga terkait kondisi mahasiswa-mahasiswi karena "takut ditolak kampus karena kedisabilitasan mereka. Belum semua dosen mampu melakukan screening sejak awal mahasiswa mendaftar di kampus".
Tantangan yang terbesar yang dihadapi dalam kampus APS adalah mahasiswa/i dengan disabilitas intelektual. "Mereka sering mendapat diskriminasi dikarenakan hambatan berpikir mereka".
Ardent K. Titu Eki, dosen APS sekaligus koordinator bidang tutorial ULD APS Kupang menambahkan, saat ini ada ada lima orang mahasiswa difabel yang sementara berkuliah dengan ragam disabilitas fisik, disabilitas sensorik netra dan disabilitas intelektual. "Ini jadi alasan mengapa ULD sangat dibutuhkan di kampus APS Kupang," kata Ardent.
Ia juga menyampaikan, APS mempekerjakan seorang difabel netra atas nama Moses Fadha Goda. "Dosen-dosen siap mendukung dan siap belajar tentang inklusi disabilitas di kampus".
Berti Soli Dima Malingara selaku koordinator Unit Layanan Disabilitas (ULD) kampus APS Kupang, dipercayakan mengelola sebuah gedung yang akan menjadi laboratorium dan media untuk mendorong lingkungan inklusif. Upaya itu juga untuk memenuhi hak disabilitas oleh pihak kampus.
Berti memaparkan progress persiapan ULD APS Kupang mendapat support dari organisasi difabel GARAMIN NTT dan Institute of Resources Governance and Social Change (IRGSC). "Mimpi besar ULD adalah melahirkan generasi pekerja sosial yang inklusif dan menjadi pusat kajian dan pembelajaran terkait isu disabilitas di NTT," kata Berti.
Ia pun menegaskan, penyandang disabilitas bukan menjadi obyek lagi melainkan calon peneliti-peneliti yang akan berkontribusi bagi pembangunan di NTT. Mengusung visi “Menjadi unit layanan disabilitas yang inklusif, mandiri, nyaman, aman dan antusias bagi semua mahasiswa difabel dan non difabel APS”, ULD berkomitmen untuk menjalankan lima misi besar antara lain:
Pertama, membangun kapasitas pendidik yang mengedepankan inklusi, berkualitas, unggul dan berintegritas. Kedua, meningkatkan kapasitas peserta didik agar mampu mengaktualisasikan diri dan menjalankan keberfungsian secara psikososial. Ketiga, melakukan penjaringan informasi dan pendataan mahasiswa disabilitas. Keempat, mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kelima, membangun kerja sama lintas sektor.
Baca juga: Unit Layanan Disabilitas, Upaya APS Kupang Mewujudkan Kampus Inklusi di NTT
Baca juga: Unit Layanan Disabilitas, Upaya APS Kupang Mewujudkan Kampus Inklusi di NTT
"Di bawah motto: Bersatu, Bergerak untuk NTT
Inklusif, ULD APS Kupang memerlukan dukungan dari organisasi disabilitas, LSM lokal, pemerintah, media dan berbagai pihak untuk bisa maksimal dalam pelayanan". (red)
0 Response to "APS Kupang Menginisiasi Unit Layanan Disabilitas Pertama di NTT"
Posting Komentar