Sejarah Singkat Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia*
Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia, semarak dirayakan sejak 1995. Adalah perayaan tahunan yang dilangsungkan setiap tanggal 23 April. Perayaan yang diinisiasi oleh UNESCO ini mempunyai beberapa tujuan utama yakni mengkampanyekan pentingnya membaca, penerbitan, dan hak cipta.
Jauh sebelum UNESCO, pada tahun 1923 sebuah toko buku di Catalonia, Spanyol, sudah melakukan perayaan tersebut. Inisiatif itu dicetuskan oleh Vicente Clavel Andrés (1888-1967), seorang penulis, jurnalis, penerjemah, editor asal Valencia, sebagai penghormatan terhadap Miguel de Cervantes (1547-1616), Novelis Spanyol yang meninggal pada tanggal 23 April. Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Don Qiuxote de la Manca".
Selain Cervantes, ada beberapa penulis besar lain yang juga meninggal pada tanggal tersebut, seperti William Shakespeare (1564-1616), pujangga, dramawan-aktor asal Inggris , Inca Garcilaso de la Vega (1539-1616), sejarahwan Spanyol. Ada juga beberapa penulis yang lahir pada tanggal tersebut antara lain, Maurixe Druon (1918-2009), seorang novelis Prancis, Halldór Laxness (1902-1998), seorang penulis Islandia.
Di Indonesia sendiri, Hari Buku dan Hak Cipta baru dirayakan pada tahun 2006 atas inisiasi Forum Indonesia Membaca dengan tujuan meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Indonesia baru menyadari pentingnya membaca setelah 83 tahun, banyak negara di dunia merayakannya.
Perayaan di Tengah Pandemi Covid-19
Pada tahun ini (2020) ada empat tema besar yang diusung di Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia, antara lain: membaca dalam segala bentuk; pengembangan infrastruktur industri buku; inklusivitas dan aksesibilitas digital; dan pemberdayaan anak melalui membaca.
Di tengah Pandemi Covid-19 yang juga melanda dunia, sekolah-sekolah, perpustakaan umum, pustaka jalanan, rumah/ taman baca dan berbagai wujud kampanye baca diliburkan. Semua orang diimbau untuk tetap #dirumahsa demi mencegah penyebaran virus mematikan itu. Semua orang diminta untuk 'mengisolasi' diri.
Pandemi Covid-19 membuat tempat-tempat ataupun ruang-ruang publik tidak lagi menjadi pilihan tempat yang nyaman untuk membaca. Kita dianjurkan untuk lebih banyak ada dan tinggal rumah untuk waktu tidak tentu. Namun demikian, ruang-ruang itu tetap bisa kita ciptakan di rumah dengan menyempatkan diri untuk bisa membaca.
Terlalu lama tinggal di rumah, di tengah pandemi Covid-19 pun bisa membuat kita cepat jenuh dan bosan bahkan panik dengan berbagai pemberitaan media. Oleh sebab itu, membaca (apa saja) dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk menghilangkan perasaan/ energi-energi negatif itu.
Kalau membaca memampukan kita berpikir dan atau menilai secara kritis, maka kita pun bisa menyaring berbagai informasi terkait Covid-19 dengan cerdas. Kita bisa membedakan mana berita yang sungguh berita, dan mana berita yang hanya cerita bohong.
Lebih jauh dari itu, hasil dari membaca pun menghendaki kita untuk memupuk rasa kemanusiaan menjadi lebih intim. Kita tidak lagi mengucilkan/ memberi stigma negatif terhadap para pasien Covid-19, terlebih mereka yang telah meninggal dunia.
Jenazah-jenazah mereka tidak lagi kita tolak, tetapi diterima dengan akal dan tindakan yang cerdas, yang manusiawi.
Kita terus berusaha, saling mendukung, bekerja sama atau dengan cara masing-masing mencegah hingga penyebaran Covid-19 benar-benar berhenti. Dengannya, kita pasti kembali jumpa di sekolah, perpustakaan, pustaka jalanan, rumah/ taman baca, sudut-sudut taman kota, berkencan bersama buku-buku.
Mindlab International, Sussex University pada tahun 2009 melalui sebuah penelitian menyimpulkan bahwa membaca buku memampukan seseorang, 68% lebih baik mengurangi tingkat stres daripada mendengarkan musik; 100% lebih efektif daripada minum secangkir teh; 300% lebih baik daripada berjalan-jalan; dan 700% lebih dari bermain video game.
Baca juga: Razia Buku 'Kiri', Upaya Mematikan Geliat Literasi dan Membungkam Ke-Merdeka-an
Baca juga: Razia Buku 'Kiri', Upaya Mematikan Geliat Literasi dan Membungkam Ke-Merdeka-an
*Disimpul dari berbagai sumber
0 Response to "Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia di Tengah Pandemi Covid-19"
Posting Komentar