Ketika Malam dan Saya Memutar Amazing Grace
Sesuatu mendekat dan kita tahu
itu adalah perpisahan; mengetuk
pintu dengan kenangan-kenangan kecil
tentang kacamata, catur, Sampoerna, dan mimpi
yang menolak padam
itu adalah perpisahan; mengetuk
pintu dengan kenangan-kenangan kecil
tentang kacamata, catur, Sampoerna, dan mimpi
yang menolak padam
Kita duduk berhadapan
membiarkan sepi dan rindu mengoyak
dada; siapa yang harus membuka pintu?
membiarkan sepi dan rindu mengoyak
dada; siapa yang harus membuka pintu?
Maka pergilah sebab basah ciummu
di kaki kami tetap mekar
ketika hidup membentangkan sebuah jalan
untuk disusuri.
di kaki kami tetap mekar
ketika hidup membentangkan sebuah jalan
untuk disusuri.
Kau menatap papan catur itu
Kacamatamu jatuh setengah
Retih api di ujung Sampoerna
Dan kau tertawa kecil ketika
hidup menyediakan
kekalahan-kekalahan yang tak pernah kita duga.
Kacamatamu jatuh setengah
Retih api di ujung Sampoerna
Dan kau tertawa kecil ketika
hidup menyediakan
kekalahan-kekalahan yang tak pernah kita duga.
Maka bergeraklah. Angkatlah kacamata itu dan berkatilah kami dengan kenangan-kenangan ini. (Amazing Grace-pintu belum ditutup)
Maria Johana Berdoa
Sebuah selat di akhir juli terberi
di telapak tangannya, menghubungkan
harapan dan gentar yang riuh
sebab doa adalah perkara
menunggu, bukan sekedar melempar
dadu ke layar kuru-kuru
ketika kapal belum bergerak
dari pelabuhan yang penuh
janji dan masa depan
dalam tatap nanar syahbandar:
ia selalu paham kepergian adalah nama lain kepulangan.
di telapak tangannya, menghubungkan
harapan dan gentar yang riuh
sebab doa adalah perkara
menunggu, bukan sekedar melempar
dadu ke layar kuru-kuru
ketika kapal belum bergerak
dari pelabuhan yang penuh
janji dan masa depan
dalam tatap nanar syahbandar:
ia selalu paham kepergian adalah nama lain kepulangan.
Puisi mencintai maria johana
sebagai perempuan, ia berani
menyeberang badai padahal bekal
mata angin dan mantra dari kitab
tua tak pernah ia hafal
sebagai perempuan, ia berani
menyeberang badai padahal bekal
mata angin dan mantra dari kitab
tua tak pernah ia hafal
Tafsir Puisi
Sepi, batas, biru
kau menyebutnya rindu,
mereka percaya itu kegilaan.
kau menyebutnya rindu,
mereka percaya itu kegilaan.
Tak ada yang mendengar
pecah ombak di baris pertama
dan kau selalu tertawa,
sebab puisi selalu menulis
laut tapi membayangkan rambutmu.
pecah ombak di baris pertama
dan kau selalu tertawa,
sebab puisi selalu menulis
laut tapi membayangkan rambutmu.
tarik napas, dalam-dalam
kata-kata ini
adalah doa yang mencapai
amin di bibirmu.
kata-kata ini
adalah doa yang mencapai
amin di bibirmu.
Ini bukan kitab suci
atau gulungan undang-undang
untuk menghukum begundal tapi
pesan yang dikirim
atau gulungan undang-undang
untuk menghukum begundal tapi
pesan yang dikirim
dari peziarah yang dikutuk
kepulangan dan kepergian
sekaligus.
kepulangan dan kepergian
sekaligus.
Di depan matamu, puisi
hanyalah api yang kehilangan
merahnya
hanyalah api yang kehilangan
merahnya
di kejauhan hatiku.
*Ricky Ulu, lahir di Dili, 27 Juli 1993. Sekarang bergiat di Komunitas Pohon Asam, Ponu.
Ilustrasi: Diolah dari Pixabay
Ilustrasi: Diolah dari Pixabay
Baca juga puisi-puisi lain dari Ricky Ulu DI SINI
0 Response to "Maria Johana Berdoa | Puisi-Puisi Ricky Ulu"
Posting Komentar