Ilustrasi: Andre Luiz
Angka-Angka
yang Hilang
Di Kopan, tuan-tuan besar suka bermain angka
dicopotnya mereka, 69 tentang bahasa
tubuh dan peluh. Dipasangnya mereka angka
65 × 65 kali tentang bahasa-bahasa dewa
tuan-tuan di istana ngakak
puan-puan di Tenau namkak
“Kami lupa akan perjamuan terakhir
bersama tuan-tuan ketika bibir
kenyal dan keriput[ing] dada, selangkangan
kehilangan angka-angka keberuntungan”
puan-puan bercurah kepada semesta
atas segala landa malapetaka
“Kami kehilangan wajah-wajah
pahlawan yang darinya ada celah
masuknya angka-angka
ke segala lekuk tubuh-tubuh dosa”
puan-puan berkeluh kepada tanah
yang senantiasa menumbuhkan gelisah
Di Kopan, tuan-tuan besar seperti diktator
di Tenau, puan-puan merindukan wajah proklamator
suara dari istana lebih megah
angka-angka enyah.
Siapa yang lebih keparat
tubuh lacur atau perut tuan yang buncit?
Kupang,
2019
Herman
Ef Tanouf
Umpan Badarah
Beta lia langit bamerah jingga
petanda bumi diselimuti senja
di sini di pante Lasiana
ada nyong deng nona dudu-dudu bamanja
Kalo asmara su menyapa
kepiting di batu karang ju tanganga
andia nona ketawa
kepiting jepit paha
nyong pikir kata-kata telak di sukma
sonde tau hal kepiting ju iko bamanja
Nyong su marah-marah
nona pung paha su badarah
nyong tanya “kanapa?”
nona jawab “ada kepiting tagantong di
celana!”
Celana umpan pung kerja
mau bamanja, jadi badarah!
Lasiana, 2016
Herman Ef Tanouf
Di Bandara El Tari
pagi
jelang siang
mereka,
para pemangku angkuh
menjamu
gubernur
kota
ibu, pernah
banyak. banyak sekali
ruang
raung sesak
di
sebelah pintu, tumpahan kargo
selaksa
requiem, mampir
bertubi-tubi
hanya
dua perempuan, dan
seorang
lelaki
menjamu,
kesekian kali
e hao bae liât
ai kasian e
orang-orang kampung
meratapi
kaku tubuh, di dalam
peti-peti
hitam
sedang
di ruang tunggu
orang-orang
kota terkencing-
kencing
di celana, tahan birahi
foto
bersama itu tuan.
Kupang, 15 Agustus
2019
Herman Ef Tanouf
0 Response to "Di Bandara El Tari | Puisi-Puisi Herman Ef Tanouf"
Posting Komentar