Apter Seu, siswa kelas 6 Sekolah Dasar. Usianya 10 tahun, tinggal di Desa Enonabuasa, TTS. Di desa tersebut,
infrastruktur pengairan belum sampai ke rumah-rumah. Sumber air di desa ini
masih ditampung di dalam sebuah fiber penampungan yang terletak di dekat mata
air. Setiap hari, warga desa harus menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk mengambil air.
Apter adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakaknya yang
kelas 2 SMP, harus bersekolah di Kota Kupang karena tidak ada SMP di desa
Enonabuasa. Oleh sebab kedua
adiknya baru berumur enam dan tiga tahun, Apter, satu-satunya
harapan bagi ayah dan ibunya.Ia mengambil air di tempat yang jaraknya
empat kilo meter, untuk memenuhi kebutuhan.
Setiap hari Apter berjalan kaki, pergi mengambil air. Suatu sore, diam-diam saya
membuntut Apter yang sementara mengambil air. Apter mengalihkan pandangan ke kamera saya dan menunjukan
ekspresi bahagia. Ia ditemani Joao Da Costa (Joda), mahasiswa yang sementara menjalankan
KKN di Desa Enonabuasa. Joda sering membantu Apter mengambil air menggunakan motor milik Kepala Desa.
Apter merasa bahagia karena dibantu oleh Joda. Kalau setiap hari Apter harus membawa
empat jerigen, bolak-balik mengambil air, maka bersama Joda, Apter bisa membawa banyak jerigen tanpa harus kawatir
akan letih. Apter dan orang tuanya, beserta warga desa yang lain berharap agar
infrastruktur pengairan bisa diadakan dari rumah ke rumah.
0 Response to "Apter yang Bahagia"
Posting Komentar