Di depan paroki tempat saya bertugas, ada sebuah Sekolah Menengah Pertama. Saya selalu tidak bisa menahan diri untuk mengunjungi sekolah itu, sekedar melihat siswi-siswanya yang ribut di kelas karena tidak ada guru yang masuk atau mengunjungi perpustakaan mereka dan hanya akan menemukan buku-buku berdebu di rak-rak.
Hari ini, Jumat, 20 September 2019 saya berkunjung lagi. Niat saya mau masuk ke kelas yang tidak ada gurunya, dan mengajak siswi-siswanya bercerita (sudah saya lakukan beberapa kali). Sial. Ini hari Jumat. Ada kegiatan ekstrakurikuler. Anak-anak bebas di luar kelas mengekspresikan diri dan akan sulit untuk dipanggil masuk ke kelas lagi.
Maka saya memilih untuk mengunjungi beberapa guru. Tampak mereka sedang mager (malas gerak). Setelah bergabung dan bercerita beberapa saat dengan mereka, saya mengajak mereka ke paroki. "Mari kita makan semangka di pastoran saja". Mereka bersemangat dan terjadilah seperti yang ada di foto.
Sambil makan semangka, keluhan-keluhan berdatangan dari mulut mereka. Mereka bilang, sudah 9 bulan, belum terima gaji. Oh Tuhan. Saya kaget mendengarnya. Kok bisa begitu?
"Alasannya aneh-aneh, Diakon. Kwitansi tidak jelas lah, sibuk lah, ada urusan lain lah... Pokoknya selalu ada alasan dari nol satu untuk menjelaskan kemacetan gaji ini," demikian jelas salah satu guru.
"Mereka yang PNS enak, kami yang honor dan guru kontrak ini susah e Diakon. Kami hanya berharap pada dana BOS saja," jelas seorang lain.
Kemudian baru saya tahu, ternyata di sekolah itu, anak-anaknya bersekolah secara gratis dan tidak ada komite lagi, sehingga tentu dana komite pun tidak lagi ada.
Hmm... Saya bilang makan semangka lagi kalau begitu. Mereka tertawa. Tetapi saya tahu, jauh di dalam sana, ada lautan kesedihan yang mengamuk dan gunung amarah yang menunggu waktu untuk meletus.
Mendoakan mereka? Tentu Diakon akan mendoakan. Tetapi doa saja tidak cukup untuk orang-orang yang butuh makan, obat untuk anaknya, atau minyak urut untuk suaminya. Perlu ada uang. Perlu ada bala bantuan.
Siapa yang bisa kasih? Siapa yang HARUS kasih? ***
Penulis: Derry Saba
Tulisan ini sebelumnya dipublish di akun facebook penulis.
Tulisan ini sebelumnya dipublish di akun facebook penulis.
0 Response to "Semangka dan Keluhan-Keluhan"
Posting Komentar