Wamena,
LekoNTT.com
- Aksi damai secara spontan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua pada
Senin (23/9/2019) sekitar pukul 7:45-8:14 waktu setempat. Aksi tersebut diikuti
oleh siswa-siswi gabungan di Wamena,
mereka protes terhadap ujaran rasis yang diduga dilontarkan oleh seorang guru di salah satu sekolah saat proses pembelajaran berlangsung.
Akibatnya siswa-siswi bersama para guru di Wamena mengambil sikap dan turun ke jalanan untuk melakukan aksi.
Tentara
Nasional Indonesia (TNI) pun turun membubarkan aksi
spontan tersebut. TNI membubarkan massa aksi dengan
mengeluarkan tembakan membabi buta. Hingga saat ini, belum didapatkan data
lengkap terkait nama dan jumlah korban baik dari siswa, masyarakat maupun pihak
TNI. Situasi ini menyebabkan amarah massa hingga membakar beberapa kantor di kompleks kantor bupati, kantor PLN dan pusat-pusat belanja.
Situasi di Wamena, Papua pada Senin (23/9/2019). (Foto: Istimewa) |
Aksi di Wamena juga mempengaruhi
situasi di Jayapura, Papua. Beberapa sekolah pun turut memulangkan siswa demi
keamanan. Yason Ngelia, Sekjen Gerakan Mahasiswa Pemuda (GEMPAR) Papua
mengatakan, situasi di Jayapura relatif aman, karena mahasiswa yang dipulangkan
(exodus) difasilitasi oleh sembilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas
Cendrawasih. Massa mahasiswa membuat posko di lingkungan kampus.
“Jayapura itu aksi relatif aman.
Mahasiswa Uncen membuat posko di lingkungan kampus, Uncen Abepura, persis di
lapangan depan Museum Uncen. Massa mahasiswa sudah duduki area kampus dari jam
7 pagi. Bertahan dan berjumlah ratusan. Mereka, dari semua asrama kabupaten di
Papua,” ungkap Yason kepada kontributor LekoNTT.com.
Di Jayapura, sempat terjadi adu
mulut antara mahasiswa dan aparat keamanan. Pihak kepolisian memaksa mahasiswa dengan
kekuatan penuh untuk kembali ke kampus. Agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
mahasiswa pun menyanggupi permintaan tersebut.
Beberapa ruko dan kios-kios di Wamena turut dibakar. (Foto: Istimewa) |
Seturut kisah Yason, aparat
keamanan terus memaksa bahkan ketika mahasiswa sudah ada di dalam posko
gabungan, di Museum Budaya. Adu mulut terus terjadi hingga berujung aksi tembakan
peringatan kepada kelompok mahasiswa.
“Polisi yang justru berlebihan
karena memaksa membubarkan mahasiswa dengan kekuatan penuh TNI-POLRI. Jalan utama,
Sentani Abepura bahkan diblokade. Ini sesuatu yang aneh karena tidak perlu
sebab mahasiswa berada di lingkungan kampus dan tidak menggangu aktifitas
publik, bahkan kampus sekitar,” ungkap Yason.
Lebih lanjut ia mengatakan, beberapa
mahasiswa melarikan diri dan terjebak dalam kelompok barisan Nusantara
(milisi), yang lain ditahan, disuruh buka baju dan dijemur di bawah terik
matahari. Sebelum aksi dilakukan, ada opini melalui selebaran gelap yang disebarluaskan
di Papua. Dinyatakan kalau ada beberapa korban luka tembak.
Terkait peristiwa di Wamena, Yason
bersama kawan-kawannya tidak tahu persis. “Tetapi sejak malam ada info bahwa
pelajar akan mengelar aksi protes ucapan rasis guru mereka dan saat aksi
bentrokan terjadi”.
Kantor Bappeda yang terletak di kompleks kantor bupati turut dibakar. (Foto: Istimewa) |
Di Wamena, selain dibakarnya Kantor
Bupati Jayawijaya di Jalan Yos Sudarso, kios-kios dan beberapa rumah di Jalan
Homhom pun ikut dibakar. Terkait pelaku pembakaran, Yason menduga ada oknum
provokator. “Saya tidak yakin pengrusakan dan pembakaran itu dilakukan oleh
pelajar SMA ini, kuat dugaan ada provokasi. Cara penanggulangan polisi yang
tidak beradab, jika peluru tajam ditembak ke anak-anak sekolah ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kejadian
beruntun di Papua, didalangi oleh rasialisme Surabaya. Massa aksi di semua kota
menuntut pemerintah segera menuntaskan peristiwa Papua. Ketidakdewasaan negara
menanggapi isu self determination, pembungkaman
demokrasi dan pelanggaran HAM, inilah masalah utama di Papua.
Menyikapi kasus di Wamena, Kapolda
Papua, Irjen Rudolf A. Rodja mengatakan, aksi anarkis di Wamena dipicu kabar
hoaks tentang seorang guru yang melontarkan kata-kata rasis. “Wamena minggu
lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai
bentuk solidaritas mereka melakukan aksi,” ungkap Rudolf sebagaimana dilansir
Kompas.com, Senin (23/9/2019). (red)
0 Response to "Rusuh di Wamena, Papua: Kantor-Kantor Dibakar hingga Tembakan Beruntun"
Posting Komentar