Kupang, LekoNTT.com - Dalam rangka memperingati Hari
Konservasi Alam Nasional yang jatuh pada tanggal 10 Agustus lalu, komunitas
Sahabat Alam (SHALAM) NTT melakukan penanaman pohon di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Liliba pada Sabtu (10/08/2019).
Kegiatan tersebut diikuti oleh lima anggota Sahabat
Alam, lantaran anggota yang lainnya sedang berlibur di kampung halaman.
Sebanyak 20 pohon berumur panjang yang ditanam yaitu Trembesi. Bibit pohon ini
diambil dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Benenain-Noelmina
di Persemaian Permanen Fatukoa.
Foto: SHALAM NTT |
Vivin da Silva, Sekretaris Komunitas SHALAM NTT mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk menanamkan pentingnya
kesadaran lingkungan dan melindungi DAS yang menjadi kawasan penyangga
kehidupan manusia.
“Kondisi kali Liliba hari ini sudah sangat dipadati
pemukiman, sebagian pohon telah ditebang. Jika pohon ditebang maka akan terjadi
banjir dan tanah longsor, dimana saat musim hujan air tidak ditahan dan diserap
oleh akar pohon,” kata Vivin.
Menurutnya, jika saat salah satu penyangga ekosistem
dieksploitasi maka akan berpengaruh pada kestabilan lingkungan. Ekosistem ini
adalah penyangga hidup manusia, oleh sebab itu butuh gerakan penanaman pohon.
Vivin da Silva, Sekretaris SHALAM NTT saat mengambil anakan pohon Trambesi di Persemaian Permanen Fatukoa. |
Pantauan Leko NTT, para anggota komunitas SHALAM sangat bersemangat menyusuri bantaran sungai untuk melakukan konservasi. Vivin
berharap agar konservasi tidak hanya dilakukan oleh komunitas-komunitas yang
peduli terhadap alam, namun seluruh masyarakat harus ikut terlibat aktif di
dalamnya.
Konservasi bukan hanya tentang menanam secara fisik, tapi juga secara fundamental seperti kesadaran akan produktivitas lingkungan. Dengan begitu lingkungan tidak dianggap sebagai satu objek komoditi.
Konservasi bukan hanya tentang menanam secara fisik, tapi juga secara fundamental seperti kesadaran akan produktivitas lingkungan. Dengan begitu lingkungan tidak dianggap sebagai satu objek komoditi.
Salah satu anggota Bidang Konservasi, Edward Fasius
yang ikut dalam kegiatan tersebut mengatakan, selain masyarakat dan komunitas
yang peduli terhadap lingkungan, pemerintah juga diharapkan agar ikut mendukung
gerakan pelestarian alam.
“DAS Liliba ini kawasan konservasi yang yang harusnya
dilindungi. Gerakan konservasi seperti ini perlu dilakukan secara masif. Pemerintah
harus menjadikan konservasi sebagai salah satu agenda bulanan atau mingguan,
bukan hanya dilakukan pada Hari Konservasi Alam Nasional. Selain itu,
pemerintah perlu membuat kebijakan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan,” ujarnya.
Edward berharap agar pemerintah punya pemetaan
tersendiri terhadap kawasan-kawasan ekosistem yang sedang kritis di kota
Kupang. Demikian
konservasi tidak menjadi gerakan yang eksklusif, tetapi menjadi pekerjaan
bersama yang perlu mendapat dukungan publik. (red.)
Kirimkan karya foto Anda, silahkan cek detail info lomba di sini!
0 Response to "SHALAM NTT: Kawasan Penyangga Hidup Manusia Perlu Dilindungi"
Posting Komentar