Kupang, LekoNTT.com – Salah satu bahasa daerah di Kabupaten Alor
adalah bahasa Adang. Penutur bahasa ini berjumlah sekitar 5.000 orang
berdasarkan hasil penelitian oleh John Welem Haan dalam disertasinya yang
berjudul A Grammar of Adang pada
tahun 2001. Jumlah ini semakin menurun seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas masyarakatnya. Kenyataan ini didukung oleh hasil kajian
vitalitas atau daya hidup bahasa yang dilakukan oleh tim peneliti Badan
Pengembangan Bahasa dan Perbukuan pada tahun 2018. Hasil kajian tersebut
menyatakan bahwa bahasa Adang berada dalam kategori terancam punah.
Sebagai tindak lanjut hasil kajian tersebut, Tim
Revitalisasi, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan melaksanakan kegiatan revitalisasi bahasa Adang di Kabupaten
Alor, Nusa Tenggara Timur.
Pentas revitalisasi Bahasa Adang oleh siswa-siswi SD Negeri Alaang (Foto: Ist.) |
Revitalisasi
merupakan upaya pencegahan sekaligus pelindungan bahasa daerah dari kepunahan.
Kegiatan berupa pementasan ini dilakukan dalam rangka pencegahan bahasa Adang
dari kepunahan serta membangkitkan kembali semangat masyarakat untuk
menggunakan bahasa Adang dalam kehidupan sehari-hari.
Tim yang terdiri atas
Santy Yulianti dan Retno Handayani dari Bidang Pelindungan, Pusat Pengembangan
dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Pangkul Ferdinandus dari Kantor Bahasa
Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan kegiatan revitalisasi bahasa Adang melalui
dua tahap. Kegiatan revitalisasi tahap pertama, yaitu survei dan koordinasi dengan
pemangku kepentingan dilaksanakan pada tanggal 29 April—3 Mei 2019.
Survei bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemunduran penggunaan bahasa Adang oleh
penuturnya. Revitalisasi tahap pertama
ini menghasilkan kesepakatan bahwa lokasi kegiatan revitalisasi bertempat di
Desa Alaang, Kecamatan Alor Barat Laut, tepatnya di Sekolah Dasar Negeri
Alaang.
Pada tahap
berikutnya, revitalisasi dilaksanakan pada rentang tanggal 16—23 Juli 2019
dengan puncak acara, yaitu pentas revitalisasi tanggal 20 Juli 2019.
Selama ini masyarakat
melupakan bahasa ibu yang mereka miliki. Masyarakat mengetahui bahwa mereka
memiliki bahasa ibu sendiri, tetapi jarang menggunakan bahasanya dalam keseharian
karena merasa tidak gengsi jika menggunakan bahasa ibu.
Penggunaan bahasa
Indonesia menjadi perioritas utama, termasuk di rumah. Hal ini dijelaskan oleh
Selfius Maro, selaku Pelaksana Tugas UPT Pendidikan di Kecamatan Alor Barat
Laut. “Sejak bayi dalam kandungan, ibu mereka sudah mengajak bicara calon bayi
dengan bahasa Indonesia dan tidak mengenalkan bahasa daerah. Hal ini
menyebabkan anak-anak tidak terbiasa dengan bahasa daerah di rumah. Ada
kekhawatiran dari para orang tua bahwa nantinya anak-anak mereka tidak dapat
bergaul di luar rumah atau di sekolah jika mereka diajarkan bahasa daerah dan
tidak mengerti bahasa Indonesia.”
Menurut Selfius,
kegiatan revitalisasi bahasa Adang yang diselenggarakan di SDN Alaang ini menjadi momentum yang sangat baik bagi masyarakat untuk
memperhatikan kembali bahasa dan budaya daerah yang mereka miliki. Kegiatan ini
seperti “membangunkan kembali yang sudah lama tidur,”tuturnya.
Ia juga menyampaikan
bahwa pementasan revitalisasi bahasa menjadi motivasi untuk menggali lagi
budaya yang sudah lama terlupakan. Dalam kesempatan ini pula, Selfius menyatakan
akan mengembangkan dan mengupayakan bahasa Adang menjadi muatan lokal yang
dipelajari di sekolah-sekolah di wilayah Alor Barat Laut.
Pentas revitalisasi Bahasa Adang (Foto: Ist.) |
Dahulu wilayah Alor
Barat Laut disebut dengan Adaim (Adang-Alila-Aimoli). Wilayah ini merupakan
wilayah tutur bahasa Adang. Kemungkinan bahasa Adang menjadi muatan lokal di
sekolah akan dievaluasi bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Alor. Pembahasan
mengenai kebijakan muatan lokal bahasa Adang diperlukan karena di wilayah Alor
Barat Laut tidak hanya dihuni oleh mayoritas penutur bahasa Adang saja, tetapi
juga penutur bahasa lain walaupun jumlahnya tidak banyak.
Pementasan
revitalisasi menampilkan kemampuan siswa-siswi SDN Alaang dalam
berpantun, berpuisi, bernyanyi, dan bercerita rakyat dengan menggunakan bahasa
Adang. Siswa dan siswi tersebut telah berlatih sejak awal Mei lalu hingga waktu
pelaksanaan pentas.
Kepala SDN Alaang sangat senang dengan adanya pentas revitalisasi bahasa ini. Ia
mengakui bahwa kegiatan ini tidak pernah terpikir sebelumnya. Anak-anak pun
senang mengikuti proses latihan selama ini. Mereka ingin belajar bahasa Adang
dengan baik.
Selain itu, Kepala
Sekolah juga menyatakan bahwa penggunaan bahasa Adang akan diterapkan setiap
hari Sabtu di sekolah. Sependapat dengan kepala sekolah, Kepala Desa Alaang,
Nikanor Bana menyampaikan dukungannya terhadap pentingnya menghidupkan kembali
bahasa Adang di masyarakat. Menurutnya, orang tua juga perlu menurunkan cerita
rakyat bahasa Adang untuk membentuk karakter mereka sebagai orang Adang.
Siswa-siswi SD Negeri Alaang dalam pentas revitalisasi Bahasa Adang. (Foto: Ist.) |
Sementara itu, Kepala
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, Valentina Lovina Tanate, menegaskan
bahwa revitalisasi bahasa seharusnya tidak berhenti sampai dengan berakhirnya
pentas saja, tetapi juga harus tetap berlanjut setelah pentas dilaksanakan.
“Yang terpenting adalah bagaimana tindak lanjut pemerintah daerah agar bahasa
Adang ini tetap dipertahankan,”jelasnya.
Selain itu, pihak Kantor Bahasa
Provinsi NTT juga berencana melakukan pemantauan dan
memprogramkan kegiatan-kegiatan serupa untuk melindungi bahasa-bahasa daerah di
wilayah Nusa Tenggara Timur. Dalam hal ini, Kantor Bahasa sebagai Unit
Pelaksana perlu didukung dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah karena
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah sepatutnya
dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagaimana yang disebut dalam Pasal 9 ayat
(2) dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014.
Penulis,
Retno Handayani (Salah satu anggota Tim Revitalisasi Bidang Pelindungan, Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan)
0 Response to "Membangunkan Kembali Bahasa yang Sudah Lama Tidur"
Posting Komentar