Yanto Gombo |
Papua, LekoNTT.com - Yanto Gombo adalah seniman lukis muda yang sangat berbakat. Ia lahir lahir di Wollo, Papua Barat, tanggal 5 November 1996. Bakat melukisnya telah membuat kagum banyak orang. Usianya yang masih sangat muda, dipadu dengan ketekunan belajar,mau tidak mau membuatnya menjadi pelukis muda yang wajib diperhitungkan di Indonesia dan dunia.
Tanggal 30 Desember 2017 yang lalu, di acara Pentas Parade Budaya
dan Syukuran di lapangan Hawai, Jayapura, seniman muda ini menggemparkan ribuan
masyarakat Papua, dengan aksinya melukis potret gubernur Papua, Lukas Enembe,
di atas kanvas berukuran 2 x 1,5 meter, selama setengah jam, dalam posisi
terbalik!
Tim kami menghubunginya pada awal tahun lalu dan ia berbaik hati untuk menuliskan proses kreatifnya, khusus untuk pembaca sekalian. Ada inspirasi,
pelajaran tentang ketekunan, konsistensi berkarya, dan hal-hal lain yang bisa kita petik bersama dari perjalanan Yanto Gombo.
Selamat menyimak!
Redaksi.
Nama saya Yanto Gombo. Saya lahir di Wollo, 5 November 1996.
Ini sedikit dari panjangnya jalan cerita saya dalam melukis.
Tahun 2001 saya mulai masuk
sekolah di SD YPPK Lahairoi Hom-Hom Wamena. Saat pertama saya duduk di bangku
SD, sebelum saya mengenal angka dan huruf, saya mulai dengan menggambar.
Memang, saat itu, menggambar sudah menjadi kebiasaan kami dalam kelas, jika
tidak ada guru yang mengajar. Kami selalu berlomba-lomba menggambar dan saling
memamerkan karya, dan saat itu, gambar teman-teman saya masih lebih baik kalau
dibandingkan dengan gambar saya. Cuman bedanya, mereka mulai bosan dengan aktivitas
menggambar sekitar di SD kelas tiga, tetapi saya tidak!
Saya selalu menggambar bukan
hanya di sekolah tetapi di rumah juga. Tiap malam di rumah saya selalu
menggambar, dan karena saya paling tidak suka dengan pujian, makanya
gambar-gambar yang saya buat selalu saya sembunyikan, walaupun dalam hati saya
tahu saya mulai lebih jago dari yang lain. Pertama kali saya mulai melukis
potret dengan pensil luna, saya lukis potret Ir. Soekarno Hatta, waktu saya
kelas enam SD.
Setelah 2007 saya tamat SD saya
lanjut di SMP Kristen Protestan. Waktu SMP saya punya satu keinginan yang baru,
yaitu bagaiman saya dapat melukis Monalisa. Setiap malam saya melukis bahkan
berulang-ulang kali saya melukis monalisa dengan pensil Luna. Dan tahun 2008
kebetulan ada lomba porseni tingkat nasional, jadi saya ikut seleksi untuk seni
lukis di tingkat kabupaten. Saya lolos seleksi dan terpilih untuk mewakili
kabupaten Jayawijaya. Saya ke Jayapura untuk lomba seleksi perwakilan Papua,
tetapi saya gagal, karena saya kalah di pewarnaan. Waktu itu, saya disuruh melukis
dengan pewarnaan yang disediakan yaitu krayon, tetapi saya hanya terbiasa
dengan pensil air luna.
Setelah saya lihat karya saya
hancur, saya kecewa sampai tiba-tiba saya tidak bisa bicara, dan saya bingung
selama dua hari, karena saya merasa telah kehilangan satu kesempatan emas yang
tidak akan terulang lagi. Mulai saat itu saya punya satu dendam pada teman saya
asal Nabire yang menang juara satu. Saya buat satu komitmen dalam hati bahwa
suatu saat nanti, sekalipun kita tidak ketemu lagi dalam lomba yang sama, tapi
saya akan buktikan kalo saya bisa melukis lebih baik dari semua orang di Indonesia.
Kejadian itu bikin saya lebih
bersemangat untuk terus melukis dan menggambar. Tetapi, bukan hanya itu, waktu saya
SMP, kira-kira saat Natal tahun 2009, saya sudah mulai dapat kepercayaan untuk melukis
Tuhan Yesus, Maria dan tiga orang Majus di salah satu pondok natal. Itu
pengalaman saya paling pertama melukis di media tripleks. dan waktu lukisan itu
jadi, saya kaget karena hasilnya lebih baik dari yang saya harapkan. Saya
mendapat banyak pujian, tetapi saya selalu sembunyi.
Tahun 2010 saya tamat SMP dan
lanjut di SMK YSO NINABUA Wamena. Kebiasaan melukis itu masih melekat dalam
diri saya. Tahun 2011, kebetulan Yayasan Kristen Wamena (YKW) mencari
Ilustrator untuk membuat kurikulum anak, dan setelah saya ikut seleksi,
ternyata saya lolos dan diterima sebagai Ilustrator muda di Yayasan itu. Saya
bangga sekali karena bisa kerja sambil sekolah, dan saya bekerja sebagai
Ilustrator selama dua tahun. Dan ada beberapa buku yang dihasilkan, dan nama saya
tertulis sebagai Ilustrator. Itu adalah kebanggaan terbesar saya waktu itu.
Tahun 2013 saya tamat dari SMK
dan turun ke Jayapura untuk lanjut kuliah di bagian Arsitektur Bangunan, dan diterima
di Universitas Sains dan Teknologi (USTJ), tetapi saya lulus di jurusan Sipil. Selama
satu setengah tahun saya kuliah.
Selama saya di Jayapura, biasanya
saya melukis dan mendekor beberapa gereja dalam bulan Desember. Dan karena
kuliah tidak berjalan sesuai dengan harapan, maka saya keluar dari sana dan berencana
hendak mendaftar di Universitas Cenderawasi (UNCEN). Tetapi, saat saya keluar
itu, pendaftaran di UNCEN baru akan dibuka 5 bulan. Jaid, selama bukan-bulan
itu saya kembali lagi bekerja sebagai Ilusatrator di SIL Internasional. Ketika mereka
melihat bakat saya, mereka memberikan saran kepada saya untuk melanjutkan kuliah
di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI).
Setelah saya dengar itu saya
mulai pikir selama beberapa minggu, dan saya sadar saya punya suatu kelebihan
yang Tuhan berikan, yang tidak semua orang punya, jadi saya harus bertanggung
jawab dan lebih fokus menggalinya lebih dalam lagi. Saya langsung mengambil keputusan
untuk kuliah di ISBI, di progam studi Seni Lukis.
Lukisan menggunakan asap. Foto: Facebook Yanto Gombo |
Selama saya kuliah saya senang
dan bersemangat dalam kuliah. Cuman sayangnya, di dalam prodi kami, hanya dua
orang yang masih bertahan dari enam orang yang sama-sama mendaftar waktu itu. Saat
di kampus, saya mendapat dosen-dosen seni rupa yang membimbing dan mengajarkan
berbagai hal tentang melukis dan kesenian-kesenian yang lain. Sampai sekarang tahun 2017 saya semester
empat dan saya sudah mendapat banyak kepercayaan untuk melukis di Hotel, TK dan
di Gereja.
Saya punya impian yang besar
untuk menjadi pelukis. Bukan pelukis biasa, tetapi menjadi seorang seniman yang
berkenan kepada Tuhan. Karena saya sadar, sejak saya lahir, saya tidak pernah meminta Tuhan untuk menjadikan saya seniman,
tetapi Tuhanlah yang menghendaki saya untuk menjadi seperti ini, mengajar saya,
dan tidak pernah berhenti menyertai saya.
Saya berharap saya bisa memberi kesan yang baik ketika orang melihat
diri saya.
Terimakasih.
0 Response to "Mengenal Yanto Gombo, Seniman Muda Berbakat"
Posting Komentar