Kupang, LekoNTT.com - Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku,
ras, agama dan budaya. Perbedaan beragam ini kemudian dikenal dalam semboyan
"Bhinneka Tunggal Ika". Namun, dewasa ini semboyan di atas yang artinya
"Berbeda-beda tetapi tetap satu" mulai mengalami kelunturan makna
dalam praktek hidup masyarakat zaman sekarang.
Diskusi dengan tema Peran Masyarakat Sipil dalam Mengawal Republik. Foto: Istimewa |
Hal ini mendorong Institute of Resources Governance and
Social Change (IRGSC) untuk menggelar diskusi terbuka pada Senin, 27/05/2019. Diskusi
ini dilangsungkan di kantor IRGSC, Jl. R. W. Monginsidi II, No. 2, Pasir Panjang,
Kupang, NTT dengan tema Peran Masyarakat Sipil dalam Mengawal Republik.
Acara berjalan lancar dengan adanya tiga orang 'pemantik'
awal diskusi. Kasim Bapang, sekretaris DPW PPP NTT menekankan toleransi antar
umat beragama yang ada sejak Ir. Soekarno harus dipupuk kembali. Sementara Emmy
Sahertian sebagai tokoh agama melihat nilai-nilai Pancasila sangat penting
dalam hidup masyarakat.
"Belakangan ini keagamaan dipakai untuk melemahkan
masyarakat kecil," tuturnya. Ini menunjukkan keprihatinannya atas
terkikisnya nilai-nilai pancasila sehingga korbannya rakyat kecil karena segala
konflik selalu mengatasnamakan agama.
Menanggapi apa yang dikatakan Emmy Sahertian, Bonar Tigor
Naipospos dari SETARA Institute mengemukakan bahwa ketegangan dalam masyarakat
tak bisa dielakkan. Hal ini dikarenakan oleh pergerakan di ruang publik dan
kecemburuan sosial.
Masyarakat sipil dapat terpecah belah karena dua hal
penting. Negosiasi dan transaksi. Selain itu, ada juga tunggangan partai
politik tertentu sehingga segala pergerakan dalam masyarakat selalu terstruktur
dan terkontrol. Maka, masyarakat kecil hanya bisa bergerak sesuai segala
sesuatu yang telah dikondisikan dari atas (negara, red).
Peserta diskusi juga digiring untuk melihat pertanyaan siapa
itu civil society dan apa perannya
dalam negara. Pada akhirnya disimpulkan bahwa civil society adalah masyarakat (kita) yang masih setia menjunjung
tinggi nilai-nilai moralitas, etika, transparansi dan toleransi. Harapannya,
hal-hal ini dapat ditularkan oleh semua masyarakat demi negara, Indonesia
tercinta.
Reporter: Weren Taseseb
0 Response to "IRGSC Gelar Diskusi Terbuka tentang Peran Masyarakat Sipil"
Posting Komentar